Juminten |
Dilingkungan tempat tinggalnya, desa Talang Pamesun
kecamatan Jujuhan kabupaten Bungo, ibu 8 anak dan nenek 18 cucu ini dikenal
sebagai pribadi yang menyenangkan, aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan kemasyarakatan.
Ibu Juminten, yang kini memasuki usia
59 tahun ini merupakan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) di desanya.
Kegiatan ini ia jalani sejak tahun 2007, pada saat PNPM-MPd mulai masuk di
desanya.
Ikhwal ketertarikannya berkiprah di program ini karena dirinya memiliki rasa ingin tahu yang besar
terhadap hal-hal baru, juga berhubungan dengan kegiatan sosial kemasyarakatan.
Kegiatan inilah yang ia sukai dan berlangsung sejak dulu, saat ia belum tinggal
di desa ini. Di tempat tinggalnya yang dahulu, ia aktif di kegiatan PKK. Ketika
hijrah ke tempat tinggal sekarang ini pada tahun 90-an, keinginannya untuk
berperan aktif di desa semakin tidak terbendung. Diantaranya terbukti dari kepercayaan
masyarakat ketika ia pernah terpilih menjadi anggota Badan Permusyawaratan Desa
(BPD).
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM-MPd) yang
dicanangkan Pemerintah untuk tercapainya kesejahteraan dan kemandirian
masyarakat miskin di perdesaan, dengan metode pendekatan pemberdayaan. Makna
kata pemberdayaan, berarti membuat sesuatu menjadi berdaya, punya kekuatan dan
kemampuan.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memampukan
dan memandirikan masyarakat. Kemandirian berarti
mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumberdaya yang ada dilingkungannya,
mampu mengakses sumberdaya di luar lingkungannya, serta mengelola sumberdaya
tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Hal inilah yang didapat dari Ibu Juminten dari PNPM-MPd.
Semangatnya terus menhyala untuk mendampingi masyarakat dalam pelaksanaan tahapan PNPM-MPd mulai tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian. Apalagi disini peran kaum perempuan
dikuatkan melalui kesetaraan dan keadilan gender sehingga keberadaannya dapat
lebih memotivasi para perempuan lainnya, bahwa perempuan bukan sebagai objek,
tapi subjek dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan upaya pemenuhan
kebutuhan dasar, ekonomi, politik dan mengakses asset produktif.
Berkaitan dengan dana bergulir, Ibu Juminten
memberikan perhatian
serius. Ia terus
memantau agar dapat tersampaikan kepada yang
layak menerimanya, jangan sampai
disalahgunakan oleh pihak tertentu, dijaga kelestarian pemanfaatannya. Selai itu, ia juga memfasilitasi
kebutuhan kaum perempuan dalam hal peningkatan kapasitasnya, sehingga
terwujudlah kegiatan Pelatihan Menjahit yang terdanai PNPM-MPd TA. 2010.
Dalam kesehariannya, Juminten berpenampilan bersahaja dan
rendah hati. Kesederhanaan dalam kehidupannya inilah yang mendasarkan
keseharian aktifitasnya.
Juminten harus berkerja sendiri sejak 2002, ketika
suaminya meninggal. Juminten hidup dari hasil kebun sawit peninggalan suami
yang tak begitu luas. Namun itu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya karena
anak-anaknya sudah besar semua, sebagian sudah berkeluarga dan mempunyai mata
pencarian sendiri
Tidak terasa sudah enam tahun Juminten menjadi ujung tombak
kegiatan PNPM-MPd di desanya. Selama itu pula suka duka sebagai KPMD ia rasakan.
Banyak hal yang terjadi, namun ia hanya mengambil sisi positif dari apa yang
selama ini ia jalani.
Sisi positif yang memunculkan semangat optimisme kerja
tanpa henti terpatri di hati Ibu Juminten. Terus berkiprah tanpa pamrih, sampai saatnya
nanti ketika fisik sudah tidak memungkinkan lagi untuk berkarya.
Atas pengabdiannya itu, Ibu Juminten mendapat piagam dari
Pemerintah Kabupaten Bungo melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan
Dusun Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana sebagai KPMD Terbaik II
tahun 2012 yang lalu.
Penghargaan itu diterima bu Juminten dengan senang hati.
Walaupun bukan itu yang ia harapkan selama ini, namun ia bangga bahwa apa yang
ia lakukan mendapat apresiasi dari program. Inilah yang semakin memantapkan
kiprahnya untuk terus mengabdi demi kepentingan masyarakat banyak sebagai KPMD.
Bukan itu saja sebenarnya “jabatan” Ibu Juminten di desanya. Ia juga melakoni
Kader BKKBN, Wakil Ketua PKK desa, Ketua Posyandu dan juga Ketua dari Persatuan
Yasinan lingkungan tempat tinggalnya. Justru dengan seabrek kegiatan itu tak
ada kata lelah dalam pikirannya. Semua yang dilakukan demi kepentingan
masyarakat. Itu yang selalu ia katakan jika ditanya apa motif melakukan
semuanya ini.
Pengabdian tanpa pamrih. Suatu kata yang cocok untuk
menggambarkan betapa gigihnya usaha Ibu Juminten yang rela mengisi hari tuanya dengan kegiatan
kemasyarakatan yang mungkin belum tentu orang lain (bahkan yang umurnya lebih
muda) bisa berbuat seperti dirinya. Hanya bisa terjadi bila kehendak hati
memang mantap untuk melakoni kegiatan yang membuat diri bahagia apabila bisa
berbuat lebih demi kepentingan orang banyak. (Hari Sumarno FK Jujuhan)
0 komentar:
Posting Komentar